“Kolaborasi akan menjadi kunci. Kita akan melakukan semacam audit, tapi bukan dalam rangka pengawasan, melainkan pengembangan. Apa yang dilakukan sekolah swasta bisa menjadi inspirasi bagi kebijakan kota,” ungkapnya.
Tak hanya pendidikan dan infrastruktur, Farhan menegaskan bahwa ruang publik ramah anak akan menjadi fokus perhatian. Misalnya akses menuju kendaraan umum, akses ke sekolah, hingga Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
“Kota ramah anak itu juga harus punya sistem perlindungan. Kita pastikan ruang publik yang ada benar-benar ramah anak dan aman dari hal-hal yang mengancam tumbuh kembang mereka,” tegasnya.
Sementara itu, CEO Save the Children Indonesia, Dessy Kurniawy Ukar merasa bangga atas kolaborasi ini.
“Kami hadir untuk berkolaborasi wujudkan Bandung sebagai kota yang benar-benar peduli pada anak-anaknya. Festival seperti ini jadi bentuk kampanye empati, inklusi, dan ruang aman bagi anak untuk tumbuh menjadi diri sendiri,” tutur Dessy.