Kriminolog Universitas Indonesia Sutiono mengaku miris melihat video jubelan orang yang tengah berjuang untuk mendapatkan makanan gratis tersebut.
Dalam situasi seperti itu terlihat orang terinjak-injak. “Itu baru makanan, coba kalau uang mungkin akan lebih parah,” katanya.
Seharusnya, begitu terlihat sntrean panjang petugas langsung antisipasi menambah petugas atau mengurai sntrean dengan membuka stand baru sehingga antrean menjadi terbagi.
Sutiono mengatakan dengan musibah ini menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat Garut masih banyak yang kurang beruntung dalam sisi rejeki.
Tentunya ini menjadi PR besar bagi pemerintah kabupaten Garut dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Garut agar tarap kehidupannya meningkat dan sejahtera.
Dari musibah ini dapat dipetik dan dijadikan pelajaran oleh EO ( Event Organaiser) pentingnya mengenal karakteristik masyarakat setempat.
Kearipan lokal bukan hanya terlintas dari seni budaya saja,tetapi kearsipan lokal lain pun dalam event harus melibatkan putra daerah yang benar benar memahami karakter masyarakat di daerahnya. (Ridazia- kontri Garut) ***