TERASJABAR.ID – Es Cendol Elizabeth dikenal sebagai salah satu minuman tradisional legendaris khas Bandung yang telah bertahan lintas generasi.
Usaha ini dirintis oleh H. Rohman sejak 1972, bermula dari aktivitas sederhana berjualan cendol menggunakan gerobak keliling.
Saat itu, ia kerap mangkal di depan sebuah toko tas, tempat seorang perempuan bernama Eli bekerja.
Perjalanan unik Es Cendol Elizabeth dimulai sekitar 1980.
Bu Eli, –yang sering memberikan tas reject kepada H. Rohman– kemudian turut membantu mencatat pesanan karena Rohman mengalami kesulitan menulis.
Catatan pesanan tersebut dituliskan di nota milik toko tas Elizabeth.
Dari situlah muncul ide memberi nama “Elizabeth” pada cendol yang dijual, sebuah saran sederhana yang kelak menjadi identitas legendaris.
Pada masa itu, pembeli tas Elizabeth kerap disuguhi segelas cendol sebagai minuman penyambut.
Tradisi layaknya “welcome drink” ini tanpa disadari ikut memperkenalkan dan mempopulerkan Es Cendol Elizabeth kepada lebih banyak orang.
Popularitasnya terus meningkat, terutama saat bulan Ramadan.
Lapak cendol di Jalan Oto Iskandar Dinata kerap diserbu pembeli hingga habis terjual.
Banyak pelanggan kemudian ingin membeli langsung ke sumbernya, sehingga H. Rohman membagikan alamat rumahnya di kawasan Inhoftank.
Tonggak penting terjadi pada 1998 dengan berdirinya gerai pusat di Jalan Inhoftank No. 64.
Kini, Es Cendol Elizabeth memiliki cabang di Inhoftank, Majalaya, dan Tasikmalaya.
Varian modern bertajuk “Queen Elizabeth” juga hadir di sejumlah pusat perbelanjaan, menggunakan susu sebagai pengganti santan.
Menurut Nur Hidayah, putri kedua H. Rohman, kunci keberhasilan usaha ini terletak pada konsistensi menjaga cita rasa.
Selain cendol, tersedia pula menu lain seperti es goyobod, batagor kering, baso tahu, dan baso yamin, dengan pilihan topping nangka dan alpukat.-***













