Maya tidak terlalu jauh menduga-duga apa arti yang sesungguhnya di balik peristiwa yang memilukan hatinya. Dia juga tak tahu apa “ending” dari semua ini, selain berharap negara ini baik-baik saja.
Setelah lebih lima tahun berteman dan leluasa mengenalnya lebih jauh, diam-diam saya mengaguminya. Dia bukan hanya kawan baik, tapi cerdas dan berani. Maya sudah berada di atas “langit” dan dengan siapa dia berteman, membuat saya mengaguminya berlebih-lebih.
Maya setiap saat bisa menghubungi banyak pejabat dan pengusaha-pengusaha kelas atas. Kemarin, dia ada dua kali minta izin tuk menghubungi seseorang yang namanya tak asing di negeri ini. “Mas Yon, maaf, sebentar ya, ” kata Maya menyebut nama seseorang itu.
Saya beruntung menjadi kawan ngobrolnya, terutama ketika ia maju menjadi calon Wakil Ketua Umum PSSI, pada Kongres 2023. “Sepak bola Indonesia adalah ‘hutan belantara’. Mbak Maya harus siap jika berada di sana, ” kata saya, waktu itu. Beruntung dan saya senang Maya tidak terpilih.
Selama berteman, ada satu hal yang tidak pernah saya tanyakan padanya. Tapi, kemarin, saya beranikan diri mengatakan apa yang pernah saya dengar langsung dari seorang pengusaha, bahwa Maya Damayanti adalah Naga-10.
“Waduh …. , ” kata Maya seolah meminta saya tidak melanjutkan obrolan seputar angka 10 itu.