MAYA Damayanti tidak ingin cepat menyelesaikan makan siangnya. Ikan kuwe bakar, ikan kerapu kuah asam kuning, udang bakar, dan bakwan yang, sudah terhidang di meja, ia nikmati perlahan-lahan. “Saya tidak makan nasi, ” kata Maya ketika saya persilakan mengambil nasi terlebih dahulu.
Saya tidak bertanya kenapa dia tidak makan nasi. Maya malah seolah meminta saya mendengar isi hati dan perasaannya, ketika ia membuka obrolan seputar peristiwa akhir-akhir ini di sebagian tanah air.
“Saya sedih banyak yang jadi korban. Saya juga merasakan kepedihan keluarga korban, ” kata Maya.
Selasa (2/9) kemarin siang, saya jumpa Maya, setelah lama tidak bertemu. Maya mengarahkan titik pertemuan di Senayan Park. Karena saya datang lebih dahulu, dia meminta saya tuk mencarikan tempat dan dia senang ketika mendengar “Resto Yougwa Danau Sentani”. Kami pun membuka pertemuan dengan secangkir kopi.
Maya Damayanti — dia lahir di Cilacap, 15 Oktober 1977, dikenal sebagai pengusaha sukses dan namanya mulai muncul ketika menjabat Dewan Pembina PSCS Cilacap, pada 2020. Pengusaha tambang dan perkapalan yang menjadi Direktur Utama di tiga perusahaan, itu, pernah menuntut ilmu di University of California, Los Angeles, Amerika, setelah tamat di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara.
Maya adalah kawan baik dan tanpa batas. Dia pendengar yang santun dan seketika bisa meledak-ledak, seolah ingin cepat mengeluarkan yang terpendam di hati dan perasaannya.