TERASJABAR.ID – Kudapan khas tradisional ulen dikenal sejak puluhan tahun silam khususnya di wilayah Jawa Barat. Tak hanya di Kota Bandung dan kawasan wisata di Ciater Subang, Garut, Sumedang, Ciamis dan beberapa daerah lainnya termasuk di Kuningan.
H. Cecep (62) penjajah kudapan ulen di Kuningan sudah banyak pelanggan setia. Ia mangkal di dekat gedung Dekranasda atau perpustakaan di kawasan Ciporang Kuningan.
Ada dua jenis kudapan ulèn yang disukai oleh penikmat kuliner yaitu, ulen singkong bahan bakunya terbuat dari ubi singkong. Hasil rebusan singkong diolah dan dicetak seukuran 3 X 4 cm lalu digoreng.
Ulen singkong ini paling pas disajikan saat masih hangat-hangat seraya minum teh hangat pula.
Pengrajin ulen singkong ini terdapat di Desa Garawangi Kecamatan Garawangi, Kuningan. Hasil produksi ulen biasanya dijajakan di pasar Minggu Garawangi dengan harga relatif terjangkau Rp1.000 perbiji.
Sedangkan ulen ketan terbuat dari beras ketan, yang diolah dengan cara digoreng atau dibakar.
Menurut Sesepuh orang Sunda kata “ulèn” memiliki dua arti, yaitu “menguleni” atawa “memijat”, yang merujuk pada proses pembuatannya, dan “ulen” (atawa “uli”), sebuah makanan tradisional khas Sunda yang terbuat dari beras ketan, diolah dengan cara digoreng atawa dibakar.
Ulen bisa disajikan hangat-hangat sebagai pengganti nasi atau dimakan dengan pelengkap seperti kelapa parut atawa gula.
Namun seiring perjalanan waktu kudapan ulen ini tak hanya terbuat dari bahan beras ketan, tetapi dikembangkan oleh pengrajin kudapan ulen ini terbuat dari bahan baku singkong.
Khusus ulen beras ketan ada tiga variasi ulen, yaitu ulen ketan putih (ulen polos dibuat dari beras ketan putih), ulen ketan hitam (bahan dasarnya menggunakan beras ketan hitam), dan ulen sambal oncom (ulen yang disajikan dengan sambal oncom).
Kudapan ulen ini kaya karbohidrat yang baik untuk energi, dan mengandung vitamin B.
Anda penasaran ingin mencoba kudapan ulen, bisa didapat di pasar atau kaki lima yang mangkal di sudut-sudut kota.***
 








 
 







