TERASJABAR.ID – Bayangkan sebuah ruangan megah di jantung Vatikan, Kapel Sistina, tempat 120 kardinal dari seluruh dunia dikunci rapat.
Tanpa ponsel, tanpa akses internet, tanpa kontak dengan dunia luar. Mereka terisolasi, hanya ditemani doa, refleksi, dan tanggung jawab besar: memilih pemimpin baru bagi lebih dari 1 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Inilah konklaf, ritual paling rahasia dan sakral dalam sejarah Gereja Katolik.
Awal Mula Konklaf
Tradisi konklaf berakar dari abad ke-13, tepatnya tahun 1271, ketika para kardinal di Viterbo, Italia, terlalu lama memilih paus baru.
Frustrasi, warga setempat mengunci mereka di sebuah istana dan bahkan melepas atapnya agar hujan memaksa keputusan cepat. Dari sinilah istilah conclave (dari bahasa Latin cum clave, berarti “dengan kunci”) lahir, yang kini dikenal sebagai konklaf. Kini, konklaf diadakan di Vatikan, dengan aturan ketat yang dirancang untuk menjaga kerahasiaan dan kesucian proses.
Ritual yang Dijaga Ketat
Ketika seorang paus wafat atau mengundurkan diri, kardinal yang berusia di bawah 80 tahun berkumpul. Jumlah maksimal peserta adalah 120 orang, mewakili keragaman Gereja dari Afrika hingga Asia, Eropa hingga Amerika Latin.
Mereka memasuki Kapel Sistina, bersumpah untuk menjaga kerahasiaan proses ini dengan ancaman ekskomunikasi jika melanggar.
Semua perangkat elektronik dilarang. Ruangan disapu untuk mendeteksi alat penyadap. Bahkan makanan dan kebutuhan dasar disediakan oleh tim terpercaya yang juga terikat sumpah rahasia. Kardinal hanya boleh berdiskusi di dalam kapel, dan kertas suara dibakar setelah setiap putaran pemungutan suara, menghasilkan asap yang menjadi tanda bagi dunia luar: asap hitam berarti belum ada paus baru, asap putih berarti pemimpin baru telah terpilih.
Proses Pemilihan