Sebagai solusi, legislator muda Fraksi PKB ini mengusulkan, agar kata Welas Asih tidak dijadikan nama rumah sakit, melainkan cukup sebagai jargon atau nilai pelayanan yang mengandung kearifan lokal Sunda.
Maualana menilai lebih tepat dan tetap dapat mengangkat budaya tanpa harus membebani anggaran serta birokrasi.
“Welas Asih sangat bagus maknanya, penuh nilai empati. Tapi lebih baik itu dijadikan jargon sebutan atas semangat pelayanan, bukan mengganti nama yang sudah mapan dan dikenal luas oleh masyarakat,” ucapnya.
Maulana pun mengingatkan, perubahan nama institusi publik sebaiknya dikaji matang, melibatkan berbagai pihak termasuk tenaga medis, masyarakat pengguna layanan, hingga memperhatikan dampak jangka panjang.
“Kami di Komisi V siap berdialog dan memberikan masukan. Tapi yang kami dorong sekarang adalah pembenahan layanan dasar yang lebih urgen,” imbuhnya.
“Jangan sampai perhatian publik teralihkan oleh hal yang tidak menyentuh akar masalah,” pungkas Maulana.***