TERASJABAR.ID – Ucapan Megawati Soekarnoputri beberapa waktu silam kini terasa seperti kenyataan.
“Jokowi tanpa PDIP itu kasihan,” begitu katanya.
Kalimat tersebut sempat dianggap sindiran politik belaka, namun kini tampak memiliki makna mendalam.
Presiden Joko Widodo yang dahulu berjarak dengan partai yang membesarkannya, kini justru mulai ditinggalkan oleh orang-orang yang dulu paling loyal mendukungnya.
Gerakan relawan Projo, –yang selama ini dikenal sebagai pendukung garis keras Jokowi– kini perlahan menunjukkan arah politik berbeda.
BACA JUGA: Loyalitas yang Mulai Bergeser! Projo Tegaskan Jati Diri Baru dan Sinyal Dukungan Politik ke Gerindra
Dalam kongres terbarunya, organisasi tersebut menegaskan niat untuk bertransformasi dan tidak lagi sepenuhnya mengidentikkan diri dengan figur Jokowi.
Langkah ini menjadi simbol perubahan besar di lingkaran mantan pendukung presiden ketujuh RI itu.
Satu per satu tokoh yang dulu berada di barisan Jokowi mulai mengambil jarak. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kekuasaan dan loyalitas dalam politik sangat dinamis, tidak ada yang abadi.
Dulu, Jokowi memilih menjauh dari PDIP, partai yang mengantarkannya ke kursi tertinggi negeri ini.
Kini, situasinya berbalik: justru PDIP yang ditinggalkan, sementara para loyalis Jokowi pun perlahan berpaling.
Fenomena ini menunjukkan siklus klasik dalam politik Indonesia: siapa yang meninggalkan, pada waktunya akan ditinggalkan.
Ungkapan Megawati pun seolah menjadi pengingat bahwa dalam politik, dukungan tidak bisa dimiliki selamanya.
Hukum karma politik kini tampak bekerja, sebuah pelajaran bahwa kekuasaan tanpa kesetiaan tidak akan bertahan lama.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menanggapi kemungkinan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, akan bergabung dengan Partai Gerindra.
Menurutnya, langkah tersebut menunjukkan tanda-tanda bahwa Budi Arie mulai menjauh dari mantan Presiden RI ke-7, Joko Widodo.
Adi menjelaskan, ada dua indikasi utama yang memperlihatkan perubahan arah politik Budi Arie. Pertama, ia tidak menunjukkan keinginan untuk mendekat ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI), partai yang selama ini dikenal dekat dengan keluarga Jokowi.
“Sepertinya Budi Arie mulai berpaling dari Jokowi. Ia tidak memilih PSI, padahal partai itu sangat identik dengan Jokowi, apalagi ketuanya adalah Kaesang, anak Jokowi,” ujar Adi, Minggu (2/11/2025).
Kedua, Adi menyoroti bahwa Projo kini tidak lagi menampilkan foto Jokowi dalam atribut atau simbol organisasinya.
Padahal selama ini, Projo dikenal sebagai kelompok relawan yang sangat mengagungkan sosok Jokowi.
“Projo sengaja menghapus foto Jokowi untuk menghindari kesan kultus individu, meski selama ini mereka selalu menonjolkan identitas sebagai pendukung fanatik Jokowi,” tambahnya.
Dua hal itu, menurut Adi, menjadi sinyal jelas bahwa Projo mulai menjauh dari Jokowi, terlebih setelah sang mantan presiden tidak lagi menjabat posisi resmi.
“Ini menandakan Jokowi mulai ditinggalkan oleh pendukungnya setelah tidak lagi berkuasa,” jelasnya.
Sebelumnya, Budi Arie menyatakan bahwa keputusan untuk bergabung dengan Gerindra akan segera diumumkan.
Ia menilai langkah itu sebagai bentuk penguatan dukungan terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sekaligus tindak lanjut dari ajakan Prabowo agar dirinya masuk ke partai tersebut.-***













