Dengan normalnya jalur Duku–BIM, layanan transportasi berbasis rel di Sumatera Barat kembali dapat dimanfaatkan masyarakat dengan aman dan nyaman.
Sementara itu, di wilayah Divre I Sumatera Utara, percepatan perbaikan jalur Medan–Binjai terus dilakukan setelah banjir mengakibatkan tiga titik gogosan, yaitu di km 8+3/4, km 9+5/8, dan km 15+5/6. Kondisi tersebut membuat jalur belum aman untuk dilalui kereta api.
Saat ini, KAI melakukan penguatan jalur dengan penambahan dan pemadatan batu balas sebanyak 800 hingga 1.200 m³ yang dikirim dari Stasiun Bamban. Pekerjaan ini meliputi perbaikan struktur tanah, pemadatan, hingga pengembalian geometri jalur sesuai standar keselamatan.
Akibat kondisi tersebut, perjalanan KA Srilelawangsa relasi Medan–Binjai–Kualabingai masih dihentikan sementara. Total 20 perjalanan KA Srilelawangsa dibatalkan hingga seluruh jalur dinyatakan aman. Namun demikian, operasional KA Bandara relasi Medan–Bandara Kualanamu berlangsung normal dan tidak terdampak.
“KAI Group memohon maaf atas pembatalan perjalanan KA Srilelawangsa. Keselamatan tidak dapat ditawar, sehingga perjalanan hanya dapat dilayani bila jalur benar-benar aman. Pelanggan yang terdampak berhak menerima pengembalian bea 100 persen melalui mekanisme refund,” kata Anne.
Di lintas Aceh, banjir dan arus air yang deras menyebabkan kerusakan prasarana berupa 21 titik gogosan di petak jalan Krueng Geukueh–Bungkaih, 3 titik di petak Bungkaih–Krueng Mane, dan 3 titik lainnya di petak Krueng Mane–Geurugok. Kondisi ini membuat operasional KA Cut Meutia sementara dihentikan demi keselamatan.
KAI bersama pemerintah daerah, BPBD, dan pemangku kepentingan lain terus melakukan koordinasi untuk percepatan perbaikan, menunggu kondisi lapangan memungkinkan serta akses penanganan terbuka.
Anne menegaskan bahwa KAI melakukan upaya menyeluruh untuk memulihkan jalur di Aceh, termasuk penanganan titik-titik rawan, pembersihan material, serta penguatan struktur tanah di area terdampak.















