Sementara tokoh masyarakat, H. Farihin mengatakan, bahwa keretakan pimpinan seperti itu, juga banyak terjadi di semua tingkatan, di daerah lain.
“Saya tidak melihat adanya proses pendidikan politik dari kedua pasangan itu. Akibatnya, mereka gagap komunikasi, ” ujarnya.
Masih kata Farihin, harus tabayyun, partai pendukung, juga pengusung, harus saling memahami tupoksi nya masing masing.
Lebih jauh Farihin mengatakan, karena partai sangat berpengaruh untuk bisa saling memahami kepentingan politik masing masing, sebaiknya berkomunikasi agar tidak timbul fitnah.
Sementara tokoh muda, Iwan Yohana, sangat menyayangkan statement Sekertaris DPC PKB, Ibas yg dinilai gegabah membuat statement itu. “Kalau dibiarkan bisa jadi bola liar. Dan itu tdk menguntungkan bagi masyarakat Kota Cirebon. Saya minta agar ada tokoh pemersatu yg bisa membuat mereka harmonis,” katanya.
Ketika pasangan itu mendeklarasikan maju utk menjadi pimpinan di kota Cirebon, tentu sudah berbagi tugas dan mengeluarkan keringat bersama. “Betul sekali, karena saat pilkada, mereka berjuang dengan keringat yang sama. Namun setelah dilantik, tidak ada peraturan yang mengatur peran berimbang,” ujar mantan kandidat Walikota yang enggan disebutkan namanya.
Di pihak lain, mantan Ketua DPC NU kota Cirebon, enggan berkomentar lebih jauh. ” Ini urusan internal PKB. Biarkan PKB menyelesaikannya sendiri”
(Djodjo)