TERASJABAR.ID – Kita sering dengar kalimat, “IPK bukan segalanya.” Dan iya, itu benar. Tapi lucunya, di dunia kuliah dan kerja, IPK masih jadi salah satu hal pertama yang ditanya.
Dunia kuliah, yang seharusnya jadi tempat eksplorasi diri, tetap menjadikan IPK sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan. Selama masa kuliah, mahasiswa dihadapkan pada berbagai tekanan: tugas menumpuk, deadline berbaris, hingga organisasi yang menanti kontribusi.
Tapi di balik semua itu, IPK masih menjadi ‘gerbang utama’ yang menentukan: bisa daftar beasiswa atau enggak, lolos seleksi magang atau tidak, bahkan jadi bahan pertimbangan dalam rekrutmen kerja.
Lalu, kenapa IPK masih dianggap penting? Bagi banyak perusahaan, IPK mencerminkan kedisiplinan, konsistensi, dan tanggung jawab seseorang selama kuliah.
Meski tidak selalu mencerminkan kemampuan kerja secara nyata, angka itu menjadi filter awal yang dianggap ‘aman’.
Padahal banyak juga mahasiswa dengan IPK sedang, tapi punya pengalaman luar biasa yang justru membentuk karakter dan daya juang.
Namun begitu, bukan berarti kuliah hanya fokus pada IPK semata. Justru tantangannya adalah menyeimbangkan nilai akademik dengan pengalaman non-akademik.
IPK tinggi memang bisa membantu membuka pintu, tapi pengembangan diri, etika kerja, dan relasi sosial jauh lebih penting untuk bertahan di dunia nyata.
Jadi, kalau kamu hari ini merasa lelah mengejar IPK, jangan lupa bahwa nilai itu penting tapi bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan.***