TERASJABAR.ID – Dalam pandangan Islam, hujan bukan sekadar fenomena alam. Ia adalah salah satu bentuk kekuasaan Allah, yang bisa menjadi rahmat bagi sebagian, namun bisa juga menjadi ujian bagi yang lain.
Setiap tetes hujan yang turun telah ditentukan oleh-Nya, tak ada yang sia-sia atau turun tanpa hikmah. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur ayat 43:
“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagiannya), lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk? Lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya…”
Ayat ini menunjukkan betapa teraturnya proses turunnya hujan atas izin dan kehendak Allah, yang tidak hanya menumbuhkan tanaman, tapi juga membersihkan udara, tanah, dan bahkan hati manusia yang mau merenungi.
Namun tidak selalu hujan menjadi pertanda kebaikan dalam jangka pendek. Dalam beberapa kondisi, hujan juga menjadi ujian.
Seperti banjir atau longsor yang bisa datang bersamaan dengan hujan deras, semua itu menjadi pengingat bahwa nikmat pun bisa berubah menjadi cobaan. Maka, yang membedakan hanyalah sikap kita: apakah tetap bersyukur dan sabar, atau justru mengeluh dan kufur.
Adapun adab ketika turun hujan, Nabi SAW mengajarkan kita untuk tidak mencela hujan, karena ia datang dari Allah.
Jangan lupa juga untuk membaca doa saat hujan:
“Allahumma shoyyiban nafi’an”
(اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا)
Artinya: Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.
Jadi, saat langit mulai gelap dan hujan turun perlahan atau deras, berhentilah sejenak.
Pandangilah hujan sebagai rahmat yang membasahi bumi, atau ujian yang mengajarkan kesabaran. Keduanya tetaplah bagian dari cinta Allah kepada hamba-Nya.***