Hingga Lebaran Teror nDhas belum juga jelas, malah Viral di media asing, jadi Makin meluas
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes
Hari ini, Senin 31/03/25 bertepatan dengan Hari Raya Lebaran Idul Fitri 1 Sawal 1958 Be atau 1 Syawal 1446 Hijriyah, momen dimana mayoritas masyarakat Indonesia saling silaturahmi dan berkunjung antar sesama sebagai sebuah tradisi. Momentum lebaran ini pulalah sebenarnya kita tunggu sebagai waktu yang sangat tepat untuk mengumumkan hasil penyidikan kasus-kasus teror yang dialami oleh Fransisca Christy Rosana (FCR / Cica) khususnya, dan Media Tempo pada umumnya Bagaimana tidak, sudah hampir dua pekan berlalu, berbagai kasus tersebut masih tampak stagnan progresnya, padahal biasanya Aparat sangat gercep dalam hal-hal begini.
Sekaligus menyambung dua tulisan saya sebelumnya “Sudah H+10 Teror nDhas Babi dan 6 Tikus tanpa nDhas belum terungkap? Terwelu” (29/03/25) dan “Teror nDhas Babi dan nDhas Tikus belum juga terang, Jangan sampai jadi Unsolved Mystery atau Indonesia makin Gelap” (28/03/25), rupanya ditengah sepinya hasil penyidikan, media asing seperti lebih punya kepedulian dibanding media besar “arus utama” nasional yang tampak ogah-ogahan (takut?) memberitakan teror nDhas Babi dan Tikus tanpa nDhas (selanjutnya keduanya disebut sebagai “Teror nDhas” saja) yang dialami oleh salahsatu media nasional terkemuka tersebut.
Padahal sesama media besar nasional arus utama seharusnya memiliki kepedulian atau keprihatinan yang sama, sebagaimana dengan media-media alternatif yang kini malah tampak lebih dipercaya masyarakat, meski mereka awalnya hanya berasal dari media online kecil dan tidak memiliki jaringan luas seperti media besar arus utama yang rata-rata sudah terbit sejak lama. Walaipun sudah juga mulai ada media besar yang peduli dengan Tempo,, namun jumlahnya masih tergolong minim dibanding media-media alternatif yang makin berkembang sekarang ini.
Sebenarnya sebagian masyarakat malah telah mengganggap bahwa saat ini media alternatif sudah de facto menggeser media-media besar Arus utama tersebut, karena rata-rata media besar memang terkesan saking hati-hatinya menulis, cenderung tampak takut dan beritanya nyaris seperti “media humas” saja, kehilangan ciri khas Jurnalistik sebagai Pilar keempat demokrasi yang sebenarnya diharapkan bisa menjadi penyeimbang trias-politica (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) yang ada. Meski sekarang mulai muncul istilah “Trias Corruptica” karena 3 lembaga semuanya menjadi berakhiran “thieves”, semoga Media tetap pada Jati dirinya dan independen.