TERASJABAR.ID – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto mengeluarkan imbauan nasional untuk mengibarkan bendera Merah Putih di rumah, kantor, dan tempat usaha sepanjang bulan Agustus. Imbauan ini dimaksudkan sebagai wujud penghormatan terhadap perjuangan kemerdekaan dan penguatan semangat nasionalisme. Namun, alih-alih mendapat sambutan positif, imbauan ini justru memicu fenomena unik di kalangan warganet: penggantian bendera Merah Putih dengan bendera “Jolly Roger” dari anime populer One Piece.
Aksi Satir di Media Sosial
Fenomena ini ramai di media sosial seperti X, TikTok, dan Instagram, di mana sebagian netizen memilih mengibarkan bendera bajak laut One Piece sebagai bentuk sindiran terhadap kondisi sosial dan politik Indonesia saat ini. Bendera Jolly Roger, yang identik dengan kru bajak laut dalam cerita One Piece, dipasang baik secara fisik—seperti pada spanduk atau stiker kendaraan maupun secara digital, seperti pada foto profil dan unggahan di media sosial.
Aksi ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah bentuk satir politik. Netizen menggunakan simbol bajak laut untuk menyindir bahwa “negara kini seperti kapal bajak laut,” di mana hukum, moralitas, dan keadilan sering kali dikalahkan oleh kekuasaan, kepentingan politik, dan dominasi kekuatan tertentu. Tagar seperti #BenderaOnePiece, #NegaraKapalBajakLaut, dan #BenderaOnePieceLebihJujur menjadi viral, mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap isu-isu seperti kenaikan harga pangan, maraknya korupsi, dan pembatasan kebebasan sipil.
Makna di Balik Bendera Jolly Roger
Dalam cerita One Piece, bendera Jolly Roger melambangkan kebebasan, perlawanan terhadap otoritas yang menindas, dan semangat untuk mengejar mimpi meski dianggap “di luar hukum.” Bagi sebagian warganet, simbol ini dianggap lebih mewakili realitas yang mereka rasakan ketimbang bendera Merah Putih, yang kini dinilai hanya sebagai simbolisme formal tanpa dampak nyata pada kehidupan masyarakat. Generasi muda, khususnya penggemar anime yang aktif di ranah digital, menggunakan bendera ini untuk mengekspresikan ketidakpercayaan terhadap institusi negara dan kekecewaan terhadap janji-janji kemerdekaan yang belum sepenuhnya terwujud.
Jurang antara Simbolisme dan Realitas
Fenomena ini menyoroti jurang yang semakin lebar antara simbolisme nasional, seperti bendera Merah Putih, dan realitas sosial yang dihadapi masyarakat. Bagi sebagian warganet, mengibarkan Merah Putih di tengah ketimpangan sosial, korupsi, dan masalah ekonomi terasa seperti formalitas kosong. Sebaliknya, bendera One Piece menjadi alat ekspresi kreatif untuk menyuarakan keresahan mereka secara ironis dan penuh makna.
Reaksi ini juga menunjukkan bagaimana generasi muda menggunakan budaya pop, seperti anime, untuk menyampaikan kritik sosial. One Piece, dengan tema perjuangan melawan ketidakadilan, menjadi medium yang relevan bagi mereka untuk mengekspresikan aspirasi dan ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini.