TERASJABAR.ID – Cerita dari gunung, tidak melulu soal daun yang jatuh atau akar yang tumbuh, gunung adalah sebaran hikayat dari satuan kehidupan yang satu sama lain saling berkaitan. Watak gunung sejatinya tidak pernah sama antara satu dengan yang lainnya, termasuk potensi di dalamnya masing masing gunung berbeda.
Seperti diketahui Gunung Ciremai sebagai gunung terbesar di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 mdpl, memiliki tuturan sejarahnya sendiri, potensi dan kekayaannya sendiri, masyarakat yang mendiami sebaran desa desa di kaki gunung Ciremai tentu hafal, faham dan mengerti karakter gunung ini.
Sehingga lahirlah ragam kearifan lokal yang dihadirkan secara turun temurun dijaga dari generasi ke generasi menjadi warna tidak terpisahkan antara warga dan keberadaan gunung dengan segala fungsinya.
Hal itu dikatakan Yusup Oeblet, Musisi Tabuhan Nusantara dan Budayawan pituin Desa Sukamukti, Jalaksana, Kuningan, menyikapi keberadaan Gunung Ciremai, Rabu 17 September 2025.
Adaptasi terhadap lingkungan gunung, tercipta atas penghayatan “kehadiran dan menghadirkan” telah membuahkan satu hubungan harmonis, fungsional, santun, penuh tata krama dan setia saling menjaga.
Semua potensi yang terkadung di dalam gunung adalah berkah yang di ekspresikan dalam laku ritual dan hiburan rasa syukur dan kegembiraan.
Gunung bukan ruang berjarak , gunung adalah jejak yang telah melarutkan satu kesatuan nafas bagi warga di sebaran kaki kakinya dari masa ke masa.
Bencana sesekali hadir sebagi pengingat akan sifat dan pertanda yang abai dijaga, sebagai teguran yang biasanya langsung direspon dengan mawas diri dari warga untuk kembali membenahi hubungan harmoni antara warga dan gunung yang didiaminya.
Terdengar kembali kabar usaha mengeksploitasi Gunung Ciremai sebagai salah satu sumber panas bumi yang potensial di Jawa Barat, tentu dalam kaca mata bisnis muaranya bukan sekedar soal termanfaatkannya potensi sumber panas bumi ini, bagi investor ada kalkulasi angka yang menggiurkan di balik eksplorasi sumber alam dari gunung ini.
Butuh dicermati apakah sepadan nilai keuntungan dengan kerusakan permanen yang akan menyertai eksplorasi gunung ini. Sejarah eksplorasi sumber alam di gunung di manapun tidak pernah benar-benar mengembalikan kembali pada kondisi gunung seperti semula.
Warga tidak anti dalam pembangunan bahkan cenderung mendukung sejauh terjadi komunikasi terbuka dan saling menjaga ruang bersama.
Sementara, warga sekitar akan terdampak langsung, maka jangan pernah berjalan dengan sembunyi sembunyi hanya karena warga menolak dan keberatan, semua masing masing punya alasan.
Rembukan setiap alasan dengan kesediaan saling mendengar. Ini bukan jaman yang rahasia bisa tersimpan di bawah meja dan kuasa. Ini jaman semua bisa terbuka terlebih bungkusnya untuk tujuan mulia.
Gunung Ciremai punya wataknya sendiri, warga di kaki gunung Ciremai pun punya kelekatannya sendiri…”to be continue,” pungkas Seniman yang kerap berkeliling mancanegara ini.***