Dalam struktur ketahanan nasional, dikenal dengan Asta Gatra, yaitu, dimensi geografi, demograsi, sumber daya manusia (SDM), ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Ace menegaskan, satu hal yang menjadi peringkat dan pengikat dari seluruh aspek Asta Gatra adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Yang lebih penting lagi adalah, kualitas mental manusianya. “Lagu Indonesia Raya menunjukkan kepada kita bahwa tujuannya adalah membangun jiwa dan raga (rakyat Indonesia). Bangunlah jiwanya dan bangunlah raganya. Membangun jiwa dan raga merupakan tujuan negara untuk melahirkan manusia Indonesia seutuhnya,” ujarnya.
Ace menegaskan bahwa kesehatan mental bukan sekadar isu kesehatan semata, melainkan fondasi krusial bagi ketahanan bangsa. “Individu dengan kesehatan mental yang baik akan tangguh, produktif, dan mampu menjaga harmoni sosial, menjadi modal utama dalam menghadapi berbagai dinamika,” jelas Ace.
Fenomena self harm, penyalahgunaan narkoba, perilaku ekstrem dan radikalisme yang muncul akibat frustasi sosial dan tekanan mental yang tidak tersalurkan. Dalam dunia kerja muncul gejalan burn out yang menjadi isu serius yang menggerogoti produktivitas baik sektor publik maupun swasta,ini ancaman serius. Kesehatan mental tidak bisa lagi dianggap sebagai isu individual yang tersier. Ini adalah persoal publik, sosial, dan strategis bangsa.
“Ketika kesehatan mental masyarakat terganggu, maka bangsa kehilangan fondasi utama kesehatan nasional. Karena itu, penguatan ekosistem kesehat mental harus menjadi agenda nasional. Dibutuhkan kerja sama antar lembaga, sinergi antar negara, kerja sama akademisi, komunitas, dan swasta untuk membangun sistem pendukung kesehatan mental yang lebih inklusif, preventif, dan responsif terhadap tantangan zaman,” tegas Ace.
Ia juga menyoroti tingginya masalah kesehatan mental di Indonesia, yang diperparah oleh dampak pandemi dan tantangan digital. “Mengabaikan aspek ini akan menyebabkan kerentanan bangsa,” tambahnya. Oleh karena itu, investasi dalam kesehatan mental melalui edukasi dini, pembangunan budaya terbuka, peningkatan kapasitas profesional, kebijakan terintegrasi, promosi nilai budaya lokal, dan penguatan ketahanan digital adalah strategi mutlak untuk membangun Indonesia yang kokoh dan berdaya saing, khususnya dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Ace juga menyampaikan harapannya kepada Fakultas Psikologi Unisba di usia ke-52, sejalan dengan slogan Unisba sebagai kampus yang mencetak para mujahid, mujtahid, dan mujaddid. “Menjadi mujahid berarti menjadi manusia-manusia yang tangguh, siap berjuang demi kemanusiaan, bangsa, dan negara. Mujtahid berarti memiliki kapasitas keilmuan yang kuat. Dan mujaddid berarti mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dan menjadi agen perubahan bagi bangsa dan negara,” tutupnya.