Dedi juga menunjukkan komitmen nyata dengan berjanji menanggung biaya pendidikan anak-anak korban, mulai dari sekolah hingga perguruan tinggi, serta memberikan santunan sebesar Rp50 juta untuk setiap keluarga korban.
“Tugas gubernur adalah memastikan anak-anak yang ditinggalkan tidak terlantar, baik pendidikan maupun kehidupannya,” ujarnya di RSUD Pameungpeuk. Salah satu momen mengharukan terjadi saat Dedi bertemu dengan anak korban, yang menegaskan bahwa ayahnya bukan pemulung, melainkan hanya berada di lokasi saat insiden terjadi, menepis asumsi bahwa warga mencari sisa logam

Pertanyaan atas Keterlibatan Warga Sipil
Kehadiran warga sipil di lokasi peledakan, yang berada di lahan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Garut, memicu pertanyaan. Kristomei Sianturi menyebutkan bahwa warga diduga mendekati lokasi setelah peledakan awal untuk mengumpulkan serpihan logam, seperti tembaga dan besi, yang memiliki nilai jual. Kebiasaan ini tampaknya sudah berlangsung lama karena peledakan rutin dilakukan 3-4 kali setahun. Namun, Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina mempertanyakan kurangnya koordinasi, karena ia tidak menerima laporan resmi tentang kegiatan tersebut
Camat Cibalong, Dianavia Faizal, menyatakan bahwa TNI biasanya memberitahu kecamatan seminggu sebelumnya untuk menyosialisasikan larangan mendekati lokasi. Meski demikian, sosialisasi ini tampaknya tidak efektif, karena warga tetap mendekat, mungkin mengira area sudah aman.
Pengamat militer Khairul Fahmi dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) menyoroti kelemahan pengamanan dan sosialisasi risiko, menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap SOP