Oleh: Taufik Abriansyah (Wartawan Senio
GOWES PWI Cimahi-Papua sudah sampai di Dompu. Ini kisahnya. Dari rencana rute yang saya susun, seperti kemarin hari ini saya akan menempuh jarak yang lumayan jauh. Yakni 85 kilometer. Dan menurut info yang saya terima pada etape ini saya akan melewati tanjakan ekstrem.
Oleh karena itu hari ini saya memilih berangkat lebih pagi. Supaya cukup banyak waktu. Biasanya saya kepayahan kalau ketemu tanjakan.
Hari baru akan terang waktu saya berangkat. Pintu pagar bahkan masih digembok. Seorang pemuda, mengaku dari Bangkalan Madura, menyongsong saya. Dia lalu mengulurkan tangan. Saya kira salaman biasa. Ternyata tangan saya dicium.
Duh. Semalam ada yang minta dido’akan, pagi ini ada yang cium tangan. Dia lalu membantu saya membuka pagar.
Suasana jalan masih sangat sepi. Hanya terlihat rombongan ibu-ibu yang sepertinya hendak berangkat dinas. Dinas ke kebun atau ke ladang.
Yang menarik perhatian saya, wajah ibu-ibu ini nampak dilumuri bedak yang terlihat kasar. Masker lokal ini terbuat dari beras. Semacam tabir surya. Untuk menghalau sengatan matahari di wajah.
Setelah Kecamatan Empang masuk ke Kecamatan Tarano. Ditandai gedung
Puskesmas berwarna hijau yang membuatnya tampak mencolok.
Anak-anak yang hendak berangkat ke sekolah menyapa saya dengan “hallo mister hallo mister”.
Di daerah Labuhan Jambu saya melihat seorang bapak sedang menyingkirkan bangkai anjing dari jalan. Sepertinya anjing itu baru saja ditabrak kendaraan.
Jalannya aspal mulus. Sementara masih cenderung datar. Di sebelah kiri jalan ada laut, di sebelah kanan ada gunung atau bukit. Bukan berupa hutan atau semak belukar. Tapi lebih seperti sabana dengan alang-alang atau kebun jagung. Di sisi pantai ada kesibukan orang-orang yang menaikkan dan menurunkan barang-barang dari perahu. Sepertinya ini dermaga lokal untuk ke pulau-pulau kecil.
Yang menarik perhatian saya, ada banyak pedagang bermotor. Dengan boks styrofoam di belakang. Mereka adalah pedagang ikan keliling.