Kembali ke rumah saya berkemas-kemas untuk gowes etape hari ini. Rencananya saya akan meneruskan perjalanan ke Ruteng. Jaraknya sekitar 130 km. Tapi untuk amannya, jarak itu saya bagi dua. Jadi target saya hari ini adalah sampai kecamatan Lembor. Saya periksa di maps disitu ada masjidnya. Jadi nanti saya bisa mampir numpang menginap.
Sebelum berangkat, Pak Nuardi rupanya sudah membelikan saya nasi kuning untuk sarapan. Sementara beliau sudah keluar rumah untuk menjalankan usahanya. Jadilah saya sarapan berdua Agung, putra Pak Nuardi yang baru kelas 2 SMP. Tapi waktu saya hendak meninggalkan rumah, Pak Nuardi sempat pulang untuk melepas saya.
Dari rumah Pak Nuardi di Gang Napoleon saya melewati Jalan Soekarno-Hatta untuk ke arah Ruteng. Kota Labuan Bajo tidaklah asing buat saya. Sekitar sembilan tahun lalu saya pernah ke sini. Tapi seingat saya suasananya waktu itu tidak serapih sekarang.
Sejak keluar dari keramaian kota, kontur jalan sudah terasa menanjak. Sekitar jam 07.30 suasana masih sepi. Saya tidak melihat satupun orang sepedahan. Seperti pada akhir pekan yang biasa saya lihat di kota lain.
Satu jam mengayuh saya tiba di daerah Marombok. Di sebelah kanan jalan ada RSUD. Suasananya cukup ramai.
Setelah itu jalannya terus menanjak. Menanjak dan menanjak. Saya macam mendaki gunung saja.
Ada berbagai puncak yang saya lewati. Antara lain Puncak Manis, Puncak Melo, dan Puncak Watu Api. Sebenarnya pemandangannya sangat indah. Gugusan gunung (atau bukit) dengan lembah-lembahnya sungguh enak dipandang.
Tapi karena dalam situasi ngos-ngosan kepayahan karena rasanya tanjakan tak selesai-selesai, maka saya tak begitu fokus menikmati pemandangannya.
Saya jadi teringat Surat Al Ghassiyah dalam Al Qur’an. Surat yang enak sekali didengar di telinga ini sebenarnya tentang kiamat.