Sambil menikmati pisang dan ubi godog, kami mendengar cerita Mas Ambon saat menjadi sopir bus. Bus yang cukup legend dari Surabaya. Ceritanya seru, dan sebagian saru.
Saat hari terang Bu Rossy menyuguhi kami sarapan nasi. Menunya adalah ikan lele yang digoreng kremes. Lengkap dengan sambal dan lalapannya. Mas dan Bu Rossy sehari-harinya punya bisnis jualan ayam dan ikan kremez. “Meski hanya terima pesanan, alhamdulillah lancar,” kata Bu Rossy.
Setelah mandi dan mengemasi barang-barang, saya bergerak meninggalkan markas Kapital. Saya punya agenda sendiri untuk eksplor kota Klaten. Supaya beban sepeda tidak terlalu berat, pannier saya tinggal.
Dari tempat Mas Rossy saya menuju Masjid Agung Al Aqsa. Ini masjid besar di Klaten selain masjid Raya. Megah, tapi terlihat sepi.
Dari Masjid Agung Al Aqsa saya memeriksa jalur jalan menuju Masjid Isa Al Masih, yang menjadi tujuan saya hari ini. Saya pergi sendiri karena rata-rata teman eksplor Klaten dengan tujuan Clongop, kawasan bebukitan yang ada di Klaten Bagian Selatan.
Di Jalan Kartini saya berhenti di depan Graha Bung Karno. Berfoto di depan patung Si Bung yang sedang menunjuk. Di Klaten ini ada beberapa tempat yang dinamai dengan nama Soekarno. Selain Graha tadi, ada juga terminal bernama Soekarno. Sayangnya waktu saya melintasi tempat ini, huruf O nya hilang. Alhasil hanya terbaca Terminal Soekarn.
Dari jalan raya Solo – Jogja saya masuk ke jalan kabupaten. Melewati banyak sawah, dan berpapasan dengan banyak goweser. Oh ya ini hari Sabtu, banyak yang bersepeda ke Clongop yang ternyata satu jalur dengan tujuan saya.