Di Bali, rute yang saya rencanakan adalah Gilimanuk, Tabanan, Denpasar, sampai Padang Bai. Kemudian naik kapal ferry ke Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok.
Dari Lembar saya akan langsung ke Mataram atau Cakranegara. Tidak lagi mampir ke Sirkuit Mandalika, karena saya sudah pernah gowes ke sana. Kalau memungkinkan, saya akan melipir dulu ke Sembalun (salah satu titik pendakian Gunung Rinjani) sebelum ke Pelabuhan Kayangan.
Nyeberang ke Pelabuhan Pototano di Lombok. Kemudian saya akan melintasi kota-kota: Alas, Dompu, Sumbawa Besar, Bima dan pelabuhan Sape. Dari Sape naik kapal ferry nyeberang ke Labuhan Bajo di Pulau Flores.
Rute di Flores cukup panjang. Dari ujung ke ujung jaraknya sekitar 600 kilometer. Beberapa kota besar yang akan dilewati adalah Ruteng, Bajawa, Ende, Maumere, dan Larantuka.
Dari Larantuka jika waktunya pas, saya akan naik kapal Pelni tujuan Papua dan berakhir di Merauke. Namun jika waktu tunggunya masih lama, kemungkinan besar saya akan melipir dulu ke Lembata. Pulau yang terkenal dengan perburuan ikan paus.
Atau bila memungkinkan (karena ini nanti berhubungan dengan waktu dan bujet), saya akan ke Rote. Ini pulau paling selatan wilayah Indonesia.
Di kota Merauke saya akan gowes sekitar 70 km menuju Distrik Sota, tempat tugu Titik Nol Indonesia berada. Distrik Sota ini berbatasan langsung dengan negara tetangga: Papua New Guinea.
Kota Merauke dan Distrik Sota tidaklah benar-benar asing buat saya. Sekitar 16 tahun lalu saya pernah ke sini. Untuk urusan pekerjaan. Tentu saja dengan pesawat terbang , menginap di hotel berbintang, dan mendapat jamuan terbaik.

Taufik Sbriansyah bersama Tatang Suherman dari Terasjabar.id
Kali ini saya akan datang bersepeda. Sebuah upaya yang mengundang banyak tanya. Antara yang berdecak kagum dan ikut bangga dengan yang mengkhawatirkan saya. Mengingat sulitnya transportasi, kemungkinan besarnya biaya yang dibutuhkan, dan situasi rawan di Indonesia Timur.