Setelah cukup berbincang-bincang saya lalu pamitan. Pak Yayat mengantar hingga depan pintu seraya mendoakan keselamatan saya. “Semoga lancar dan selamat di perjalanan,” katanya.
Keluar dari Malangbong saya dihadapkan dengan tanjakan panjang dan lumayan pedas. Saya setel gigi sepeda di posisi rendah dan mulai mengayuh pelan. Meski terhitung lambat, saya akhirnya bisa menyelesaikan segmen berat ini. Berbeda dengan dua tahun lalu, kali ini saya tidak lagi menggunakan jurus mendorong (matador, manggih tanjakan dorong).
Tanjakan ini panjangnya sekitar empat kilometer. Mulai dari Malangbong hingga Stasiun Cipeundeuy. Tentu saja beberapa kali berhenti untuk mengambil napas.
Tidak jauh dari Stasiun Cipendeuy saya melipir ke warung nasi Padang. Sekarang saya berani makan karena sudah hapal di depan tidak ada lagi tanjakan setajam tadi.
Dari Cipendeuy saya melaju kencang melewati daerah Gentong dan pertigaan jalan ke Pesantren Suryalaya. Bisa melaju kencang karena kontur jalannya turunan sampai rel kereta di Ciawi.
Sekitar maghrib saya masuk kota Tasikmalaya. Saya mengarahkan sepeda ke daerah Panglayungan, rumah Ketua Tasmania (Komunitas Sepeda Federal Tasikmalaya) Ade Marpudin.
Malam ini saya rest di rumah Kang Ade.
Tasikmalaya, 27 April 2025