Di Masjid Darussalam yang ada di Jalan Lingkar Cicalengka saya berhenti. Mengelap air mata sekaligus memakai kaca mata hitam. Setelah memakai kaca mata, mata saya mulai enak. Masih keluar air mata, tapi tidak sekencang tadi. Saya bisa mengayuh lebih cepat.
Selepas lingkar Cicalengka, persis di depan Markas Batalyon Infanteri 330/Tri Dharma saya melihat ada bangunan baru. Mencolok mata karena berupa gedung tinggi. Rupanya itu bangunan Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba).
Melewati rel kereta api di Nagreg saya mendapati turunan panjang hingga pertigaan jalan lingkar. Setelah itu kontur jalan mulai naik turun. Hari makin siang, matahari makin panas.
Di satu tanjakan depan RM Kartika saya berhenti. Ada satu mushala di antara warung-warung. Saya simpan sarung di situ, lalu minum teh tarik Hanaang. Lumayan segar. Setelah itu saya lanjut lagi.
Waktu Zhuhur tiba posisi saya ada di sekitar daerah Lewo. Saya merapat di masjid Ar Rahmat. Selain shalat di sini saya sempat tidur sebentar.
Tiba di Malangbong saya mengambil jalan menembus gang di pasar. Tidak jauh dari situ ada rumah Pak Haji Yayat, tukang Portal Sepeda Touring yang kerap menjadi tempat singgah para peturing bersepeda.
Pak Haji Yayat menyambut kedatangan saya dengan hangat. Dia lalu mengenalkan anak perempuannya yang kebetulan sedang berada di teras. Anaknya satu almamater dengan anak saya di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut.
Sekitar dua tahun lalu, saat touring ke Jogja, saya sempat mampir di rumah Pak Yayat ini. Saat itu saya touring berdua dengan Ketua Fedkoci Heri Priansyah. Pensiunan Sucofindo ini sangat bersemangat ngobrol tentang sepedahan. Energinya sepertinya tidak habis-habis.
Namun karena kondisi beliau yang harus memakai tongkat lantaran kakinya patah, tak memungkinkan untuk mengayuh sepeda. Pak Yayat mengalami kecelakaan saat bersepeda beberapa tahun lalu.