Meski tak lagi jadi pengurus, teman-teman di P3SRS mengapresiasi touring saya dan ikut merasa bangga. Pak Tur yang aslinya berasal dari Bima (Nusa Tenggara Barat) bahkan meyakinkan saya akan aman selama berada di Pulau Sumbawa. “Saya punya banyak keluarga di sana pak, Insyaallah bapak aman,” katanya. Tentu saja saya senang mendengarnya.

Taufik dilepas di Jatinangor oleh kawan kawan
Tadi malam saya kedatangan tamu yang datang dari Jakarta sengaja untuk menemui saya. Dia adalah Taufik Alwie, rekan dulu di Majalah Tempo dan Majalah Gatra. Meski usianya di atas saya, kami dekat karena merasa sebangsa dan setanah air : sama-sama asal Palembang.
Taufik mengaku ingin mendengar langsung cerita gowes saya. Rupanya dia sekarang penggemar sepedahan juga. Tapi hanya jarak dekat. “Hebat nian awak ni, besepeda dewek-an jaoh-jaoh,” komentarnya.
Pagi ini persis saat hendak start, saya disapa Juston G. Pangaribuan, salah seorang anggota Dewan Pengawas P3SRS Pinewood. Alhasil beliau lalu melepas pemberangkatan saya pagi ini. “Pergi selamat, pulang juga selamat,” katanya.
Keluar dari Pinewood sekitar jam 08.00, saya masuk Jalan Sayang. Jalanan agak basah, dan di beberapa tempat terlihat ada genangan. Matahari sudah mulai menyengat.
Masuk Jalan Raya Rancaekek saya merasakan air mata saya mengucur deras. Air mata, bukan keringat. Entah gejala apa ini. Soalnya ini bukan air mata nangis. Rasanya perih. Ditambah mulut sariawan pula. Makin gak enaklah mengayuh sepeda. Sebentar-sebentar saya harus berhenti untuk mengelap mata. Karena ini hari Minggu, banyak goweser lain yang bersepeda menyalip saya. Membaca tulisan di belakang sepeda, mereka rata-rata menyemangati. “Semangat Oom”. Tapi ada satu yang kaget dan berteriak: “Njir. Gowes ka Papua,” teriaknya.