Sekitar jam 06.00 saya mulai memasang kembali barang bawaan di sepeda. Setelah itu mandi. Sarapan saya pagi ini cukup istimewa. Mbak Wi menyiapkan nasi pecel dan tempe bacem.
Istimewa karena pecelnya ada dedaunan yang dulu sering ditemui di tukang pecel di atas kereta api (duh sayang saya lupa apa nama daunnya). Tempenya juga istimewa karena terbuat dari kacang koro. Bukan kacang kedelai. “Sekarang sudah susah sekali mencari kacang koro ini,” kata Mbak Wi. Selesai sarapan kami meneruskan jagongan di teras rumah.
Sekitar jam 08.00 saya berpamitan. Mbak Wi membekali saya dengan sebungkus egg roll, sebotol madu, dan vitamin. Padahal tadi malam saya sudah wanti-wanti untuk tidak membekali saya apa-apa. Belajar dari pengalaman, setiap mampir ke tempat keluarga, saya pasti diberi buah tangan. Kadang-kadang banyak banget.
Sebelum bergerak meninggalkan kediaman Mas Kelik, tentu saja kami foto bareng dulu. Dari daerah Gamping itu saya menuju kawasan Tugu. Melewati Jalan Godean dan Jalan Kyai Mojo.
Di kawasan Tugu saya bertemu Mbak Oktin, yang rumahnya tidak jauh dari situ.
Mbak Oktin ini dulu pernah tinggal di Cipageran. Teman satu klub badminton istri saya, dan kakak kandung Pak Yanuar, teman gowes di KSepXX. Sebelumnya saya belum pernah bertemu langsung dengan Mbak Oktin.
Meski begitu, di kawasan Tugu itu mudah saja saling mengenali. Mbak Oktin menyapa saya karena tampilan sepeda saya gampang dikenali. Sementara saya yakin aja ini Mbak Oktin, karena siapa lagi yang akan menegur saya dengan akrab di situ.
Meski sebelumnya belum pernah ketemu, kami seperti sahabat lama saja. Ambil foto dengan latar belakang Tugu dan berbagi cerita. Beliau rupanya salah satu pembaca setia catatan perjalanan saya.