Saya coba oprek-oprek sproketnya. Ada perubahan, tapi tidak terlalu memuaskan. Lumayanlah. Saya masih yakin sepeda masih aman untuk diajak jalan jauh.
Selesai ngoprek sepeda, saya kembali membuka aplikasi PELNI. Memeriksa jadwal KM Sirimau. Belum ada perubahan, KM Sirimau masih menjalani docking dan belum ada informasi kapan akan berlayar lagi.
Saya akhirnya memutuskan untuk menempuh cara estafet. Yakni rute Maumere – Baubau, Baubau – Ambon, dan Ambon – Merauke. Namun betapa kagetnya saya ternyata untuk segmen Baubau – Ambon tiketnya sudah habis terjual. Wah cilaka. Bisa gagal ini touring finish sampai Merauke.
Meski gelisah, saya belum putus harapan. Masih ada waktu seminggu. Saya harus mencari cara lain. Mungkin di aplikasi tiketnya sudah habis, tapi di agen penjualan masih tersedia.
Selesai Shalat Jum’at, saya keluarkan sepeda. Saya ingin ke kantor PELNI untuk mencari info lebih lanjut tentang tiket ini secara langsung. Saya tahu ini hari libur tanggal merah, mungkin saja kantor libur. Tapi saya tetap meluncur sekaligus untuk mengisi waktu.
Kantor PELNI yang berlokasi di Jalan Katedral ternyata buka. Saya dilayani dengan baik petugas PELNI Bu Anastasia. “Maaf tiketnya memang sudah tidak tersedia bapak. Tapi kami coba bikin pengajuan. Tidak janji, mana tahu bisa,” katanya. Dia lalu minta saya nomor telepon untuk dihubungi lagi nanti.
Meski belum dapat kepastian tiket, saya sudah sedikit tenang karena paling tidak ada harapan untuk dapat tiket.
Dari kantor PELNI saya arahkan sepeda ke daerah Kotaraja. Saya mampir ke Masjid Ar Rabithah. Di Masjid ini dulu Bung Karno sering shalat usai merenung di bawah pohon sukun di taman kota. Dulu di zaman BK ini adalah satu-satunya masjid yang ada.