Ia menambahkan, perjuangan Soekarno menjadi simbol bahwa ide dan keyakinan tidak bisa dipatahkan oleh tekanan fisik.
“Dari Desember 1929 hingga Agustus 1930, beliau dipenjara di sel ukuran 2,1 x 1,46 meter tanpa listrik. Tapi semangatnya justru semakin kuat. Dari situlah lahir karya tulis yang mengguncang,” ujarnya.
Farhan juga memberikan apresiasi kepada generasi muda Kota Bandung yang menurutnya menunjukkan kepedulian terhadap sejarah, meski dengan cara yang berbeda.
Ia menyoroti penampilan Paskibraka dalam upacara pagi itu sebagai bukti nyata semangat kebangsaan anak muda.
“Saya tidak sendiri. Kami di Pemerintah Kota Bandung didukung penuh oleh Forkopimda, dari TNI, Polri, hingga DPRD. Bersama-sama, kami memastikan bahwa sejarah ini terus hidup. Karena dari Bandunglah, Bung Besar lahir untuk Indonesia,” pungkasnya. (tiah sm)