Rute tahun ini juga disesuaikan dengan kondisi kota, hasil dari koordinasi intensif dengan Pemkot Bandung dan pihak keamanan.
Hal baru lainnya adalah pengalaman rute steril dan lebih aman, terutama di kilometer 0–14, yang sepenuhnya tertutup untuk kendaraan.
“Tahun ini benar-benar jauh lebih steril. Kolaborasi kami dengan Pemkot Bandung sangat intens, dan hasilnya bisa dirasakan langsung para peserta,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyambut baik semua inovasi yang diterapkan.
“Ini bagian dari city branding. Saya ingin mengklaim Bandung sebagai kota paling nyaman untuk pelari,” ucapnya.
Farhan menyebut, lomba seperti ini bukan hanya soal olahraga, tetapi juga bagian dari pengembangan ekonomi dan pariwisata kota.
“Kalau tidak sedang ada race, pelari tetap bisa merasakan kenyamanan lari di Bandung. Udara sejuknya sampai jam 10 pagi,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap sport tourism, Farhan juga mengungkapkan, Bandung memiliki 21 sarana olahraga publik, serta satu fasilitas besar di Tegalega seluas 20 hektar yang akan dikembangkan lebih lanjut.
“Kita sekarang punya alasan kuat untuk memperbaiki semua fasilitas olahraga. Event seperti ini membuktikan manfaatnya sangat luas,” ucap Farhan.
Ia juga menyebut Kemenpora terus mendorong penguatan sarana olahraga kota melalui berbagai skema pendampingan.
Terkait kemacetan yang terjadi adanya event Pocari Sweat Run 2025 Farhan mengaku sempat stres karena jam 04.40 terjadi kemacetan, tapi hanya di empat titik yaitu Kiaracondong, Suniaraja, Pakuan dan Cicadas.
“Saya kaget dan stres, 04.40 sudah macet, tapi akhirnya bisa terurai dan ini harus jadi evaluasi untuk tahun depan agar diperhatikan,” ujar Farhan.***