Dalam paparannya, ia menyatakan, “Tadi Pak Gubernur Kaltim bilang saya ‘Gubernur Konten’. Alhamdulillah, dari konten yang saya miliki, itu bisa menurunkan belanja rutin iklan.”
Ia menjelaskan bahwa anggaran iklan Pemprov Jawa Barat, yang sebelumnya mencapai Rp50-55 miliar per tahun untuk kerja sama dengan media, kini berhasil dipangkas menjadi hanya Rp3 miliar. “Sekarang cukup Rp3 miliar, tapi tetap viral terus,” ujar Dedi, disambut tepuk tangan peserta rapat.
Menurut Dedi, konten yang ia unggah seperti kunjungan ke desa, penanganan masalah sosial, atau promosi pariwisata dan UMKM mampu menjangkau publik secara luas tanpa memerlukan biaya iklan besar.
“Konten itu bukan sekadar pamer, tapi cara kami berkomunikasi dengan masyarakat dan mempromosikan Jawa Barat,” tegasnya. Pendekatan ini juga meningkatkan transparansi, karena warga dapat langsung melihat kinerja pemerintah melalui platform seperti X, YouTube, dan Instagram.
Dampak Positif ‘Konten’ Dedi
Keaktifan Dedi di media sosial memang telah menjadi ciri khasnya sejak menjabat sebagai Bupati Purwakarta hingga menjadi Gubernur Jawa Barat. Konten-kontennya, mulai dari kunjungan ke desa-desa, dialog dengan petani, hingga promosi destinasi wisata seperti Situ Cipondoh atau Jatiluhur, sering viral di X dan mendapat respons positif.
Pengguna X, seperti @sundakasep, memuji gaya komunikasi Dedi yang “nyantai tapi nyata,” sementara @jabarjuaramenyebutnya sebagai “gubernur yang paham zaman.”
Namun, tidak semua tanggapan positif. Sebagian netizen, seperti @kritisnet, menganggap keaktifan Dedi di media sosial kadang berlebihan dan terkesan mencari perhatian. Meski begitu, Dedi konsisten menegaskan bahwa kontennya adalah bagian dari strategi komunikasi publik untuk membangun transparansi dan kepercayaan masyarakat.