Oleh: Mohammad Nasir, Wartawan Senior, Anggota FWK, Penulis Kehidupan
ANGGOTA rapat mingguan Forum Wartawan Kebangsaan (FWK) yang biasanya berkumpul di Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (29/11/2025) bersiap-siap menuju Bogor. Tidak lupa menyiapkan payung, karena curah hujan di Bogor tinggi.
Betul juga gerimis turun ketika mamasuki kota Bogor, di ruas jalan menjanjak hingga dataran tinggi sekitar tugu kujang, berjarak 59 dari Selatan Jakarta. Hujan tidak berlangsung lama, sehingga tidak perlu membuka payung.
Bogor dijuluki Kota Hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Siapapun yang melangkah ke Bogor sebaiknya bersiap- siap payung.
Kota Bogor sebenarnya sudah lama menjadi “pelataran bermain” orang-orang Jakarta. Mereka melepaskan kejenuhan akibat rutinitas.
Di Bogor ada tempat ngadem. Pohon-pohon tua nan rindang. Ada Kebon Raya Bogor yang terkenal dan tempat kulineran berburu makanan khas di Jalan Suryakencana.
Ada buah langka, namanya kemang. Aromanya wangi. Untuk dibuat rujak. Segar. Banyak perempuan hamil ngidam buah kemang.
Namanya buah langka, jangan terlalu berharap, karena susah dicari. Kalau kebetulan ada, beruntung lah, bisa beli dan menikmatinya.
Pada masa penjajahan Belanda, Bogor punya nama lain, yaitu Buitenzorg yang artinya “aman tenteram”, atau “tanpa kecemasan”, tenang.
Di kota yang tenang ini lah Forum Wartawan Kebangsaan (FWK) memilih untuk rapat mingguan, sekaligus menyusun program kerja, dan berbincang-bincang mengenai banyak hal yang menonjol selama 2025.
Rapat mengambil tempat di Jalan Bukit Nirwana Raya 80, Bogor. Di sebuah rumah berukuran lumayan besar, di hook, berjarak beberapa meter dari mesjid.
Rumah itu milik Koordinator Nasional FWK Raja Parlindungan Pane. “Sekarang ini saya sebagai tuan rumah saja,” kata Raja Pane mengawali berbicara di depan peserta rapat yang semuanya duduk bersila di karpet warna dominan merah.
“Dalam tradisi Batak, kalau mengundang orang dengan posisi bersila begini, itu berarti acaranya sangat penting. Seperti pemberian gelar pada keluarga, atau sedang bermusyawarah untuk mengambil keputusan penting,” kata Raja yang sehari sebelumnya berulang tahun.
Ia duduk berdampingan dengan pendiri FWK, Hendry Ch. Bangun. Hendry adalah mantan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat dan mantan Wakil Ketua Dewan Pers.
Hendry dalam kesempatan itu menyampaikan visi dan misi FWK yang pernah disampaikan dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya.
“FWK itu kumpulan para wartawan senior yang peduli kebangsaan. Memperkuat dan mempertajam ideologi kebangsaan wartawan dan media massa, supaya media mempunyai ideologi yang kuat,” kata Hendry dalam Pra Rakernas FWK yang berlangsung Sabtu (29/11/2025).
Menurut Hendry, apa yang dilakukan oleh FWK sudah sesuai visi FWK yaitu aktif menjaga kedaulatan bangsa dan setia pada Negara Kesatuan Republik Indinesia (NKRI). “Independen, tapi berwawasan kebangsaan,” tuturnya.
Dimoderatori oleh ketua panitia Pra Rakernas FWK, Dr Budi Nugraha, rapat berjalan melambat, karena setiap anggota yang hadir diberi kesempatan berbicara. Semua menyampaikan gagasan dan boleh saling memberi tanggapan.
Sebelum menyusun program kerja, FWK menyoroti peristiwa-peristiwa penting di sepanjang tahun 2025.
Apa yang telah kita lalui, dalam perjalanan berbangsa, dibahas, direfleksikan kembali untuk dimunculkan dalam agenda diskusi tahun 2026. Ini sudah pasti karena 2026 adalah lanjutan tahun 2025.
Banyak peristiwa penting yang masih belum tuntas. Misalnya, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diwarnai kasus keracunan massal murid sekolah setelah menyantap makanan yang disediakan MBG, akan tetap menjadi perhatian di tahun 2026.
Kemudian juga persoalan reformasi kepolisian yang sekarang sedang berjalan, tidak akan selesai pada tahun 2025, dan menyeberang hingga tahun 2026.
Masalah pendidikan, konflik guru-murid di era serba internet, serta problem guru sekolah, kemungkinan akan terus bergaung di tahun-tahun mendatang.
Persoalan banjir dan longsor di tiga provinsi di Pulau Sumatera yang terjadi pada pekan terakhir November 2025, juga menjadi perhatian FWK. Kerugian materi dan korban jiwa menusia cukup banyak.
Ketiga provinsi di Pulau Sumatera yang terkena bencana itu adalah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.
Akan tetapi FWK secara khusus mendesak pemerintah agar mengusut tuntas orang-orang atau korporasi yang diduga melakukan pembalakan liar atau penggundulan hutan.
“Faktor alam berupa hujan lebat dan siklon tropis tidak bisa kita gugat. Buar lah itu. Tetapi untuk faktor manusia yang diduga menjadi penyebab banjir dan longsor, karena melakukan pembalakan liar, harus diusut tuntas. Pemerintah harus mengejarnya,” kata Raja Parlindungan Pane.
+++
UDARA dingin mulai menerobos masuk melalui pintu rumah samping dan depan yang terus dibuka selama rapat FWK berlangsung. Beberapa wartawan senior yang hadir mulai mengenakan jaket, dan mengatur baju supaya tidak terlalu dingin.
Terlihat wartawan yang hadir di rumah berwarna ungu itu antara lain Yesayas Oktavianus mantan wartawan olahraga Harian Kompas, Untung Kurniadi, AR Loebis, dan Sayid Iskandarsyah, Rita Sri Hastuti, Mohammad Nasir, Herwan Pebriansyah, Dadang Rachmat, Edi Kuswanto, Abdulillah Pahresi, Berman Nainggolan L Radja, Herry Sinamarata, dan Rudy Sitompul.
Mereka siap berkomitmen menjadi penggiat dan relawan wartawan kebangsaan di bawah lembaga FWK. (*)
















