Menurut Iyus, sangat mdmprihatinkan jika masuk ke Instansi pemerintah atau swasta , perhotelan wisata, rumah makan dan tempat2 lain tak menemukan nuansa sundanya seperti gapura, asesoris, musik dsb.
Berbeda halnya jika kita ke pulau Bali, baru sampai Gilimanuk saja suasana Balinya sudah terasa demikian juga di Yogya suasananya penuh dengan budaya Yogya.
Di Jawa Barat saat kita masuk perbatasan saja baik dengan DKI atau Jawa Tengah tidak terasa suasana kesundaanya terutama di instansi pemerintah / swasta ,BUMN ,BUMD perhotelan ,resto dan lainnya.
Kang Iyus menyarankan kepada Gubernur Jabar, Wali Kota dan Bupati di Jawa Barat agar memperhatikan dan membudayakan kesundaan di seluruh fasilitas yang ada.
Agar tidak dianggap angin lalu, menirut Kang Iyus, perlu disertai dengan regulasi pergub dan perda / perwal / perbup untuk para wali kota dan bupati . Minimal 10- 20% dari luas area fasilitas publik diwajibkan menampilkan asesoris atau tampilan kesundaannya.
“Jangan sampai kita mengaku asal Jawa Barat selalu bicara kesundaan tapi poho ( lupa )warisan budaya leluhur kita,* tutur Kang Iyus. ***