Evaluasi yang lebih obyektif dan masuk akal, penyebab banjir memang disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi, tapi juga karena terjadi penyumbatan saluran air yabg tidak terpelihara dengan baik oleh Dinas Pekerjaan Umum setempat. Di Tangerang, Banten ancaman banjir memang relatif kecil, karena memiliki Sungai Cisadane yang melintas di tengah kota. Namun kebrengsekan pemeliharaan fasiltas unum seierti jalan sepanjang Moh. Toha berikut lampu penerangan jalan sungguh memprihatinkan.
Bahkan, selana tahun 2025 saja jalan Moh. Toha sudah berulang kali dibuat galian. Mulai dari pipa air minum hingga galian untuk jeperluan lain, sehingga kondisi jlalan Moh. Toha tambah tambal sulam, tak pernah bagus dan mulus. Termasuk di ujung jalan Daan Mogot mendekati kota Tangerang, seakan jalan itu adalah arah menuju neraka.
Akibatnya, tentu saja menjadi rawan terjadi kecelakaan seperti yang sudah kerap terjadi di jalan Moh. Toha sanpai daerah Kota Bumi dan Rahek dan Kohod. Karena jalan ini menjadi rute angkutan tanah untuk menimbun Pantai Utara Tangerang yang telah dikelola oleh PIK 2.
Bencana banjir selama tahun 2025 juga melanda DKI Jakarta, tercatat dalam 32 kejadian hingga Oktober 2025. Di Kalinantan Timur tercatat 33 kejadian banjir termasuk IKN (Ibu Kota Nusantara) yang baru dibangun dan ditenggelamkan habis direndam air. Sementara di Sulawesi Tengah terjadi 89 kejadian banjir hingga bulan Oktober 2025.
Menurut para ahli, banjir yang di Indonesia ini akibat curah hujan ekstrem, siklon tropis senyar dan perubahan iklim. Hingga caratan ini diturunkan, 27 Desember 2025, hujan di berbagai tempat dan daerah Indonesia masih terus terhadi, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi banjir berikutnya di tempat yang baru maupun di lokasi yang sudah terkena banjir besar sebelumnya.
Banten, 27 Desember 2025

















