“Dalam setiap goresan malam di atas motif Batik Kamuning dan Paseban, tersimpan filosofi tentang harmoni, kesederhanaan, dan keagungan hidup. Inilah warisan luhur yang telah dijaga oleh para pinisepuh kita di cigugur — sebuah kampung kecil dengan jiwa besar yang sejak lama mengajarkan kita tentang pentingnya dialog budaya, pluralisme, dan ketekunan,” kata Dian.
Bupati sangat mengapresiasi Paseban Cigugur yang telah menjaga nilai-nilai luhur budaya Sunda, juga menjadi pelopor kelahiran Batik Kuningan.
“Melalui ketekunan, cinta budaya, dan visi kebudayaan yang tajam, Paseban Cigugur telah membuka jalan bagi masyarakat Kuningan untuk memiliki identitas visual yang khas dan bermakna. Batik Kamuning bukan sekadar produk tekstil, melainkan representasi dari filosofi hidup, spiritualitas lokal, dan semangat gotong royong yang menjadi napas masyarakat kita,” tuturnya.
Kehadiran Batik Kamuning menurut Dian, menjadi identitas Kuningan yang diakui oleh dunia.
“Ini adalah gerbang menuju misi besar: menembus cakrawala, menjadikan Batik Kamuning sebagai bagian dari narasi budaya dunia. Sudah saatnya kita tidak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga pembawa obor peradaban. Jika Jepang memiliki kimono, India memiliki sari, maka Kuningan pun patut membanggakan Batik Kamuning sebagai identitas yang mendunia,” paparnya.