Oleh: Hendry Ch Bangun (Ketua Umum PWI Pusat)
MENJAWAB pertanyaan ini tidak mudah. Karena spektrum pertanyaannya sangat luas. Belum lagi kalau menghitung, siapa yang bertanya, dan siapa yang ditanya.
Kalau seorang ayah atau ibu bertanya kepada anaknya, mungkin maksudnya, apakah ibadah puasa dilakukan dengan benar, tidak makan atau minum diam-diam sejak sahur sampai magrib?
Apabila yang bertanya itu seorang teman akrab mungkin maksudnya lebih pada apakah puasa kali ini dijalani lebih dari sekedar tidak makan, minum, tapi juga bagaimana suasana puasa di kantor, di pergaulan, dalam keluarga. Bagaimana pula suasana kantong yang sering menjadi pembicaraan akibat harga dan biaya hidup yang naik, gaji yang tetap, dan semakin banyak yang makan tabungan yang semula dimaksudkan untuk keperluan masa depan.
Tapi secara umum pertanyaan itu juga bisa dijawab sesuai dengan apa yang kita alami, dari sudut pandang sendiri. Tepat atau tidak, nanti justru bergantung pada follow-up dari pertanyaan itu, yang pasti akan berkembang kesana kemari.
Aktivitas mereka yang bekerja pasti tidak ada perubahan di hari biasa atau selama Ramadhan, kalaupun ada penyesuaian hanyalah sedikit. Dalam hal transportasi, ada pergeseran jam sibuk. Jalan raya yang biasanya macet dan padat merayap sejak pukul 17.00 sampai 20.00 kini berubah menjadi 16.00 sampai 19.00. Banyak yang mengejar buka puasa bersama keluarga di rumah. Pengguna transportasi umum pun sama. KRL, MRT, LRT, Transjakarta, hampir sama jam padatnya dengan jalan raya.