Contoh paling sederhana bisa dilakukan di rumah, taruh mushaf di tempat paling mudah terlihat, letakkan sajadah yang sudah tergelar, isi rumah dengan buku, dekatkan diri dengan komunitas baik, dan kurangi paparan yang membuat hati melemah. Perubahan kecil seperti itu, jika dilakukan di ruma kita , bisa menjadi energi baru untuk kehidupan keluarga yang lebih harmonis.
Konsep berikutnya, yang juga diajarkan Nabi, adalah menjadikan amal terasa menyenangkan. Dalam istilah modern “make it attractive”. Para ulama menyebutnya tahbib al-tha’ah, membuat hati mencintai kebaikan.
Cara melakukannya pun sederhana, pahami keutamaannya, hubungkan dengan rasa syukur, atau gabungkan amal dengan sesuatu yang membuat hati senang. Misalnya, menghafal Qur’an sambil menikmati aroma kopi pagi, atau membaca buku di tempat yang paling nyaman di rumah. Ini bukan memanjakan diri, tetapi membangun asosiasi positif agar hati tidak merasa berat.
Nabi juga mengajarkan agar memulai dari yang paling ringan. Islam tidak membebani manusia dengan yang berat, bahkan shalat malam pun dianjurkan untuk memulai dari yang paling pendek. Membaca Qur’an satu ayat sehari pun tetap dihargai Allah. Sedekah dengan sebiji kurma pun tetap dicatat sebagai amal besar. Semua ini menunjukkan bahwa perubahan tidak harus dimulai dengan ambisi besar; cukup langkah kecil yang bisa dilakukan dalam dua menit. Nabi menjaga kesehatan ruhani umatnya dengan cara yang sangat ramah manusia lebih ramah daripada banyak standar produktivitas modern.
Reward atau kepuasan dalam Islam juga berbeda dari konsep duniawi. Kepuasan sejati menurut Islam adalah ketenangan hati. Nabi menyebut “manisnya iman”, rasa nikmat yang tumbuh setelah melakukan amal saleh. Banyak orang mengejar pencapaian materi, tetapi justru kehilangan ketenangan batin. Padahal, ketenangan inilah hadiah terbesar dari kebiasaan baik. Ketika seseorang membaca Qur’an setiap pagi, misalnya, hatinya menjadi lebih stabil. Ketika seseorang bersedekah setiap hari, ada rasa lega yang muncul. Ketika seseorang menjaga lisannya, hidupnya terasa ringan. Inilah “hadiah” yang membuat kebiasaan baik bertahan lama.
Sebaliknya, Islam juga punya cara khas untuk memutus kebiasaan buruk. Bukan hanya dengan niat, melainkan dengan menjauhkan diri dari pemicunya, mengubah lingkungan, dan menggantinya dengan kebiasaan lain yang lebih kuat.














