Oleh : Subchan Daragana/Magister Komunikasi Universitas Bakrie
(Fondasi yang Hilang dalam Perubahan Hidup)
Dalam berbagai percakapan tentang pengembangan diri, kita sering mendengar kalimat, “Perubahan dimulai dari kebiasaan kecil.” Kalimat itu tidak salah. Namun ada sesuatu yang lebih mendasar, lebih dalam, dan justru sering dilupakan: kebiasaan kecil tidak lahir dari aktivitas, tetapi dari identitas.
Gagasan ini diperkuat oleh James Clear dalam Atomic Habits. Ia menyebut bahwa sebagian besar orang gagal berubah bukan karena kurang niat atau lemah motivasi, melainkan karena mereka memulai dari arah yang salah. Mereka fokus pada apa yang harus dilakukan, bukan pada siapa mereka ingin menjadi. Sehingga perubahan mudah dikalahkan mood, sibuk, cuaca, atau sekadar rasa malas.
Perubahan yang berangkat dari aktivitas saja ibarat membangun rumah di atas pasir: tampak indah di awal, tetapi rapuh ketika diuji.
Kita Terlalu Sibuk pada “Apa yang Harus Dilakukan”:
Coba lihat bagaimana resolusi hidup biasanya terbentuk:
“Mulai olahraga.”
“Kurangi gula.”
“Rajin baca buku.”
“Kelola uang lebih baik.”
Kalimat-kalimat ini adalah aktivitas. Kita sibuk menyusun daftar hal yang harus dilakukan, tetapi lupa menggali fondasi yang menopang semua itu: narasi tentang diri sendiri.
Aktivitas membutuhkan motivasi. Identitas menciptakan komitmen.
Aktivitas bisa berhenti. Identitas akan memengaruhi keputusan kita seumur hidup.
Ketika seseorang mengatakan, “Saya mau rajin lari,” ia sedang berusaha mengubah perilaku. Tapi ketika ia berkata, “Saya adalah orang yang aktif,” seluruh keputusan hariannya akan bergerak ke arah identitas itu entah ia sedang sibuk, hujan, atau tidak sedang dalam mood terbaik.
Identitas menciptakan alasan yang lebih dalam daripada sekadar motivasi sesaat.
Setiap Orang Ingin Konsisten dengan Gambaran Dirinya;
Inilah sebab paling kuat mengapa identitas mengalahkan aktivitas. Manusia cenderung menjaga konsistensi antara keyakinan tentang dirinya dan perilaku sehari-hari.
Jika seseorang meyakini dirinya “perokok berat”, maka berhenti merokok terasa seperti melawan diri sendiri.
Namun jika identitasnya berubah menjadi “saya orang yang menjaga kesehatan”, setiap penolakan terhadap rokok terasa seperti memperkuat jati diri.
Dalam banyak kasus, kegagalan berubah bukan karena kurangnya kemauan, tetapi karena konflik antara identitas lama dan perubahan yang diinginkan.
Kita mencoba menjadi manusia baru dengan pikiran yang masih lama. Tidak heran perubahan tidak bertahan lama.
















