TERASJABAR.ID – Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan (FK Unpas) terus memperkuat kualitas pendidikan kedokterannya. Langkah terbaru adalah bergabungnya Dr. Agung Firmansyah Sumantri, SpPD-KHOM, MMRS, FINASIM sebagai pengajar. Selain dikenal sebagai dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi, ia juga merupakan Anggota DPRD Kota Bandung yang aktif dalam isu kebijakan kesehatan. Kehadirannya dinilai strategis untuk memperdalam implementasi Longitudinal Integrated Curriculum (LIC) di FK Unpas.
Penguatan Kurikulum LIC: Pembelajaran yang Nyata, Utuh, dan Berkelanjutan
Wakil Dekan FK Unpas menjelaskan bahwa LIC merupakan kurikulum yang menekankan kesinambungan pembelajaran dari masa sarjana hingga profesi.
Mahasiswa tidak hanya berpindah dari satu rotasi singkat ke rotasi lainnya, tetapi mengikuti perkembangan pasien, keluarga, serta dinamika sistem kesehatan secara berkelanjutan.
Model ini telah banyak diterapkan di universitas terkemuka dunia seperti National University of Singapore (NUS) dan Mahidol University Thailand, serta di Indonesia oleh Unpad dan Unpas.
Dr. Agung: “Mahasiswa harus hadir di tengah masyarakat, bukan hanya di tengah teori.”
Dalam diskusi bersama pimpinan FK Unpas, Dr. Agung menekankan pentingnya pendekatan nyata dalam pendidikan kedokteran.
“Dokter yang hebat bukan hanya menguasai ilmu, tetapi memahami manusianya. LIC memberi ruang bagi mahasiswa untuk melihat langsung kondisi masyarakat—penyakitnya, keluarganya, lingkungannya, dan tantangan sosialnya.”
Ia menambahkan bahwa dinamika kesehatan Kota Bandung sebagai kota besar harus dipahami sejak dini oleh mahasiswa.
“Kuliah di Bandung berarti harus mengenal Bandung. Mahasiswa perlu memahami data epidemiologi, tren penyakit, karakter sosial, hingga tantangan tiap kecamatan. Kita ingin dokter yang bukan hanya pintar, tapi juga mampu membaca kebutuhan masyarakat.”
Dr. Agung berharap lulusan FK Unpas kelak dapat kembali ke daerah asal dengan bekal pemahaman epidemiologi lokal yang kuat – kompetensi adaptif yang menjadi inti kurikulum LIC.
Isu Kesehatan Kota Bandung: HIV dan Tantangan Wilayah
Salah satu isu penting yang dibahas adalah tingginya kasus HIV di Kota Bandung. Menurut Dr. Agung, masalah HIV bukan hanya persoalan medis, tetapi persoalan sosial yang penuh stigma.
“Stigma adalah masalah besar. Mahasiswa harus belajar empati, bukan hanya teori. Pendekatan lapangan sangat penting.”
Sebagai Ketua Tim Ahli KPA Kota Bandung, Dr. Agung menilai pemetaan wilayah puskesmas dengan angka HIV tinggi harus menjadi bagian dari pembelajaran mahasiswa, agar mereka memahami persoalan secara langsung dan komprehensif.
Pendekatan Pentahelix: Kolaborasi untuk Solusi Kota
FK Unpas dan Dr. Agung sepakat bahwa penyelesaian masalah kesehatan membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pendekatan pentahelix—yang melibatkan akademisi, pemerintah, dunia usaha, komunitas, dan media—menjadi kunci percepatan solusi.
“Kampus tidak bisa bekerja sendiri, pemerintah pun tidak bisa bergerak tanpa dukungan akademik. Kolaborasi adalah jembatan yang mempercepat perubahan.”
Dengan perannya sebagai akademisi dan legislator, Dr. Agung memiliki posisi strategis untuk menghubungkan kepentingan akademik dan kebijakan publik.
Komitmen FK Unpas: Mencetak Dokter Adaptif dan Berorientasi Solusi
Kehadiran Dr. Agung mempertegas arah FK Unpas untuk menghadirkan pendidikan kedokteran yang berbasis konteks, sesuai kebutuhan wilayah, integratif, menghubungkan teori dan praktik lapangan,
longitudinal, mempelajari perubahan kesehatan secara jangka panjang,
dan kolaboratif, melibatkan pemerintah dan masyarakat.
Dalam sesi diskusi, Dr. Agung menutup dengan pesan inspiratif:
“Menjadi dokter adalah panggilan untuk menjaga kehidupan. Kita bukan hanya mengajar ilmu, tetapi menyalakan semangat agar mahasiswa siap menghadapi tantangan kesehatan bangsa.”
“Semoga FK Unpas menjadi tempat lahirnya dokter-dokter yang pintar, rendah hati, serta berorientasi pelayanan bagi masyarakat.”












