TERASJABAR.ID – Seorang calon praja (capra) Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang dikabarkan meninggal dunia. Bahkan kabar kematiannya sempat viral di medsos.
Capra tersebut, Maulana Izzat Nurhadi, angkatan XXXVI asal Ternate, Maluku Utara. Maulana Izzat meninggal saat mengikuti tahap pendidikan dasar (diksar) oleh tim pendidikan dan pelatihan (Diksan).
Meninggalnya Maulana Izzat yang viral di medsos disebut diduga korban kekerasan seniornya. Selain heboh, juga duka bagi IPDN Jatinangor. Maulana Izzat meninggal dunia pada Kamis (9/10/2025) malam.
Peristiwa ini pun langsung memicu beragam reaksi dari masyarakat dan warganet. Umumnya mempertanyakan viralnya berita tersebut.
Menanggapi kabar tersebut, Plt. Wakil Rektor Bidang Hukum, Kerja Sama, dan Kepegawaian IPDN, Prof. Dr. Arief M. Edie, M.Si., menegaskan bahwa tidak ada unsur kekerasan dalam kejadian tersebut.
“Isu di media sosial sering kali membuat masyarakat panik. Saya tegaskan, di IPDN sudah zero kekerasan. Capra yang meninggal belum berhubungan dengan senior karena masih ditangani oleh tim Diksan,” ujarnya saat memberikan keterangan resmi di Ruang Ondrowino, Kampus IPDN Jatinangor, Jumat (10/10/2025).
Arief pun menjelaskan bahwa Maulana Izzat masih berstatus calon praja dan belum resmi menjadi praja IPDN. Ia masih mengikuti tahap pendidikan dasar yang dipimpin langsung oleh tim pendidikan dan pelatihan (Diksan).
“Calon praja ini belum masuk dalam sistem pendidikan penuh IPDN. Jadi kegiatan mereka belum melibatkan struktur kampus,” katanya.
Menurutnya, hasil pemeriksaan medis memastikan tidak ada tanda kekerasan pada tubuh korban. “Tidak ada luka sedikit pun. Almarhum meninggal karena henti jantung, bukan karena kekerasan,” ungkap Arief.
Selain memberikan klarifikasi, IPDN juga segera memproses pemulangan jenazah Maulana Izzat ke Ternate, Maluku Utara.
“Kami bergerak cepat. Tim IPDN bersama aparat terkait sedang menyelesaikan administrasi pemulangan jenazah. Kami ingin prosesnya berjalan lancar dan penuh penghormatan,” jelasnya.
Arief menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam kepada keluarga almarhum. “Kami turut berduka cita. Ini kehilangan bagi seluruh keluarga besar IPDN,” ucapnya.
Kabar meninggalnya calon praja itu sempat menjadi sorotan publik setelah sejumlah unggahan viral di media sosial menuding adanya kekerasan fisik selama pelatihan. Namun, IPDN langsung meluruskan kabar tersebut dengan data dan penjelasan medis.
“Kami memahami bahwa di era digital, informasi bisa cepat beredar tanpa verifikasi. Karena itu, kami meminta masyarakat untuk bijak dan menunggu informasi resmi,” ujar Arief.
Arief juga menegaskan bahwa IPDN berkomitmen menjaga lingkungan pendidikan yang aman, disiplin, dan humanis. Kampus terus memperkuat sistem pengawasan agar setiap kegiatan pendidikan berlangsung sesuai nilai integritas dan profesionalisme.
“Kami sudah lama melakukan reformasi di IPDN. Semua kegiatan pendidikan kami awasi secara ketat,” tegasnya lagi.
Selain itu, IPDN juga membentuk tim klarifikasi untuk memastikan seluruh prosedur dijalankan dengan benar. Prof. Arief menyatakan, jika ditemukan kelalaian, kampus akan mengambil tindakan sesuai aturan.
“Kami tidak akan menutupi apa pun. Kami buka semuanya secara transparan untuk menjaga kepercayaan publik,” ujarnya.
Melalui penegasan ini, IPDN berharap masyarakat dapat memahami
situasi secara objektif. Kampus memastikan seluruh proses pendidikan calon praja tetap aman, beretika, dan berkeadilan.
“Kami ingin publik percaya bahwa IPDN terus berbenah dan berkomitmen membentuk aparatur negara yang tangguh dan berintegritas,” tutup Arief.***