TERASJABAR.ID.- Dua orang pelajar Kelas dua SMP Kuningan memiliki andil pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1949. Kedua pelajar itu adalah Ajid dan Apidik ditambah seorang lagi Halil, anggota Komite NasionaI yang saat itu kapasitasnya sebagai Kepala Departemen Agama Kuningan.
Ketiga pejuang tersebut dimakamkan di TPU Astana Gede blok Cipicung Kuningan dan namanya terpahat di batu nisan.
Kondisi makam tersebut saat ini, kurang terawat dan rusak akibat dimakan usia.
“Kami pernah memohon kepada pemerintah daerah agar makam itu direnovasi, dan dibuatkan monumen namun belum ada perhatian,” tutur Djudjun Djuanda (73) salah seorang anggota keluarga saat diwawancarai menjelang detik-detik HUT Kemerdekaan RI Ke 80, Minggu 17 Agustus 2025.
Menurut Djudjun, Halil itu kakaknya ayah saya, sedangkan Afidik adiknya ayah, atau paman saya.
Jadi Halil dan Afidik itu bersaudara kakak adik. Sedangkan Ajid temannya Afidik. Keduanya masih pelajar kelas dua SMP.
Ajid – Apidik yang lebih populer, karena keduanya masih pelajar kelas dua SMP tapi sangat patriotik dan menunjukan keberaniannya melebihi teman-teman lainnya. Namun justru keduanya dikhianati seorang gurunya.
Sementara itu, beberapa tahun silam, kata Djudjun, dua kali menjelang HUT Kodam Siliwangi ada utusan yang datang Panitia HUT dari Kodim 0615 Kuningan menghubungi keluarga
Utusan itu minta ijin mau memindahkan makam Halil, Ajid dan Afidik ke Taman Makam Pahlawan Haurduni, tapi pihak keluarga tidak mengizinkan.
Sekilas kronologis perjuangan Halil, Ajid dan Afidik sebelum dieksekusi, sempat disiksa oleh kolonial Belanda. Lantaran tidak mau membocorkan rahasia tentang keberadaan pejuang-pejuang Kuningan kala itu. Mereka tetap berpegang teguh mempertahankan prinsip “Merdeka Atau Mati”
Menurut keterangan Djudjun, eksekusi penembakan terjadi pada malam Jumat. Malam itu terdengar rentetan suara tembakan.
Esok paginya Jumat, Desember 1949 tersiar kabar ditemukan oleh masyarakat, tiga jenazah tergeletak bersimbah darah di dekat jembatan Ciloa, jalur jalan raya Kuningan-Cirebon sekitar tiga kilometer dari Kota Kuningan.
Mereka adalah jenazah Ajid, Apidik, dan Halil. Gugur sebagai syuhada bangsa. Di tubuh mereka terdapat banyak bekas penyiksaan. Tubuhnya seperti luka bakar akibat disiksa menggunakan strikaan, sundutan rokok dan lain-lain. Mereka mati muda dalam keyakinan yang tak bisa digoyahkan walau dengan penyiksaan sekalipun.
Siang hari itu juga, di bawah cuaca mendung sedikit gerimis, serta isak tangis keluarga dan beberapa kawan sekolahnya, ketiga jenazah dikebumikan di pemakaman Astana Gede blok Civicung Kuningan dengan penjagaan ketat.
Pasca peristiwa itu, kegiatan belajar di SMP-1 Kuningan dihentikan. Hampir semua pelajar berpencar ke daerah, diantaranya banyak yang bergabung dengan gerilyawan dan tentara pelajar.
Sebagai penghormatan kepada para pejuang remaja belia yang gugur tersebut, di salah satu jalur jalan kota Kuningan diabadikan nama Jalan, “Ajid-Apidik”, dan di jalur lainnya dengan nama Jalan “Halil”. (Wawan Hermawan)