TERASJABAR.ID – Sebuah kabar duka mengejutkan viral di media sosial setelah sepasang suami istri (pasutri) warga negara Indonesia (WNI) dikabarkan meninggal dunia di Jepang akibat keracunan setelah mengonsumsi kentang bertunas.
Insiden tragis ini memicu perbincangan luas di platform seperti X, dengan banyak netizen memperingatkan bahaya kentang yang tidak disimpan dengan benar. Apa sebenarnya penyebabnya, dan bagaimana cara mencegahnya? Simak fakta lengkapnya!
Kronologi Kejadian
Menurut unggahan di X oleh akun @Tribun_Bogor pada 3 Juni 2025, pasutri WNI tersebut, yang belum diungkap identitasnya, mengalami gejala keracunan parah setelah mengonsumsi kentang bertunas yang dimasak di rumah mereka di Tokyo. Pasangan ini dilaporkan mengalami muntah-muntah, diare, sakit kepala hebat, dan kejang beberapa jam setelah makan. Mereka dilarikan ke rumah sakit, namun nyawa keduanya tidak tertolong.
Pihak kepolisian Jepang dan otoritas kesehatan setempat langsung menyelidiki kasus ini. Hasil awal menunjukkan bahwa kentang yang dikonsumsi mengandung kadar glikoalkaloid tinggi, senyawa beracun yang terbentuk pada kentang bertunas atau berwarna hijau akibat paparan cahaya matahari atau penyimpanan yang salah.
Penyebab: Bahaya Kentang Bertunas
Kentang yang bertunas atau berubah hijau mengandung glikoalkaloid, terutama solanin dan chaconine, yang merupakan racun alami untuk melindungi tanaman dari hama. Menurut Kompas.com, senyawa ini terkonsentrasi pada tunas, kulit hijau, daun, dan bunga kentang. Konsumsi glikoalkaloid dalam jumlah kecil dapat menyebabkan mual, diare, dan sakit perut, tetapi dalam dosis tinggi seperti 3–6 miligram per kilogram berat badan bisa memicu koma hingga kematian